Keutamaan Menantikan Sholat Jama'ah


وعن أبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رَسُول اللهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لا يَزَالُ أحَدُكُمْ في صَلاَةٍ مَا دَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ، لا يَمنَعُهُ أَنْ يَنقَلِبَ إلى أهلِهِ إلاَّ الصَّلاةُ» . متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti palaksanaan shalat. Dimana tidak ada yang menghalangi dia untuk kembali kepada keluarganya kecuali shalat itu.” (Muttafaqun ‘Alaih).

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Sholat Jama’ah (Bab Orang yang duduk di dalam masjid menunggu pelaksanaan shalat dan keutamaan (berdiam di) masjid), diriwayatkan oleh Muslim di dalam al-Masajid (Bab Keutamaan Sholat Jama’ah dan Menanti dimulainya Sholat).

Bahasa Hadits:

تَحْبِسُهُ : yakni menahannya dari kembali kepada keluarganya.

يَنقَلِبَ : kembali.

Faidah Hadits:

Hadits ini menunjukkan keutamaan untuk menantikan dimulainya sholat jama’ah. Bahwasanya selama seseorang menantikan dimulainya sholat jama’ah dan tidak mempunyai tujuan duniawi yang lain selama menantikannya, maka baginya ketetapan di dalam sholat dari sisi keutamaan dan pahala.

Keutamaan Berjalan Menuju Masjid


عن أبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ غَدَا إلى المَسْجِدِ أَوْ رَاحَ، أعَدَّ اللَّهُ لَهُ فِي الجَنَّةِ نُزُلًا كُلَّمَا غَدَا أوْ رَاحَ» . متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berangkat ke masjid di pagi dan sore hari, maka Allah akan menyediakan baginya hidangan di surga setiap kali dia berangkat ke masjid di pagi dan sore hari." (Muttafaqun ‘Alaih).

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam al-Adzan (Bab Keutamaan orang yang pergi ke masjid baik pagi maupun sore hari),  diriwayatkan oleh Muslim di dalam al-Masajid (Berjalan kaki menuju masjid dapat mengahapus dosa dan meninggikan derajat)

Bahasa Hadits:

غَدَا : Pergi sebelum siang hari

رَاحَ : Pergi setelah siang hari

 نُزُلًا : Apa – apa yang disediakan untuk tamu dalam rangka memuliakannya

Faidah Hadits:

Hadits ini menunjukkan bahwa Allah memuliakan orang – orang yang pergi ke masjid di waktu pagi dan sore hari, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala adalah Zat yang Paling Mulia di antara orang – orang yang mulia, dan Dia tidak akan menyia – nyiakan pahala bagi orang – orang yang berbuat kebaikan.

Keutamaan Sholat Subuh dan 'Ashar


عن أَبي موسى - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ صَلَّى البَرْدَيْنِ دَخَلَ الجَنَّةَ» . متفقٌ عَلَيْهِ.

«البَرْدَانِ» : الصُّبْحُ والعَصْرُ.

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu: bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa sholat al-Bardaini (shalat subuh dan ‘asar), maka ia masuk surga”. (Muttafaqun ‘alaih).

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Waktu – Waktu Sholat (Bab Keutamaan Sholat Fajar), diriwayatkan oleh Muslim di dalam al-Masajid (Bab Keutamaan Shalat Subuh dan Ashar dan Menjaganya).

Bahasa Hadits:

البَرْدَانِ : yakni sholat subuh dan ‘ashar. Dinamakan demikian karena orang – orang sholat pada saat hari mulai mendingin dan panas terik matahari pergi.

Faidah Hadits:

1.       Keutamaan menjaga sholat fajar, karena sholat fajar itu dilakukan ketika banyak orang terlelap dalam kenikmatan tidurnya.

2.       Keutamaan menjaga sholat ‘ashar, karena sholat ‘ashar itu dilakukan ketika orang – orang sedang sibuk untuk menyempurnakan pekerjaan – pekerjaannya di siang hari.

Keutamaan Shalat


وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «أرَأيْتُمْ لَوْ أنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرنهِ شَيْءٌ؟» قالوا: لا يَبْقَى مِنْ دَرنهِ شَيْءٌ، قَالَ: «فَذلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الخَطَايَا» . متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Bagaimana pendapat kalian, sekiranya ada sungai berada dekat pintu salah seorang diantara kalian yang ia pergunakan untuk mandi lima kali dalam sehari, mungkinkah kotorannya masih tersisa?" Para sahabat menjawab; "Kotorannya tidak akan tersisa." Beliau bersabda; "Itulah perumpamaan kelima shalat, yang dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan." (Muttafaqun ‘Alaih).

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Kitab ash-Sholat (Bab Shalat Lima Waktu Sebagai Kafarat), oleh Muslim di dalam Kitab al-Masajid (Bab Berjalan Kaki Menuju Masjid Dapat Menghapus Dosa dan Meninggikan Derajat).

Bahasa Hadits:

دَرنهِ : kotoran.

يَمْحُو : menghapus

الخَطَايَا : dosa – dosa / kesalahan – kesalahan

Faidah Hadits:

1.       Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat fardhu lima waktu dan perintah untuh menjaganya.

2.       Allah subhanahu wa ta’ala akan mengampuni dosa – dosa kecil bagi orang yang melaksanakan shalat lima waktu secara sempurna dengan syarat – syarat, rukun – rukun, dan adab – adabnya. Adapun untuk menghapuskan dosa – dosa besar, seseorang diharuskan untuk bertaubat.

3.       Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tuntunan tentang shalat lima waktu dengan menggunakan gaya bahasa berupa anjuran dan arahan yang disertai dengan percakapan dan ungkapan perumpaan untuk mendekatkan maknanya dan anjuran bagi orang yang sedang menuntut ilmu untuk taat dan beribadah.

Keutamaan Adzan


عن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا في النِّدَاءِ والصَّفِ الأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاسْتَهَمُوا عَلَيْهِ، ولو يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا» . متفقٌ عَلَيْهِ.

«الاسْتِهَامُ» : الاقْتِرَاعُ، وَ «التَّهْجِيرُ» : التَّبْكِيرُ إِلَى الصَّلاةِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kalau manusia tahu pahala dalam adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak mendapatkan jalan keluar untuk mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, niscaya mereka akan mengadakan undian. Dan seandainya mereka mengetahui pahala bersegera ke masjid, niscaya mereka akan bersegera kepadanya. Dan kalau mereka mengetahui pahala shalat Isya' dan shubuh, niscaya mereka akan mendatangi keduanya walaupun dengan cara merangkak'." (Muttafaqun ‘alaih).

الاسْتِهَامُ : adalah mengadakan undian.

التَّهْجِيرُ : bersegera menuju shalat.

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam kitab al-Adzan (Bab Mengadakan Undian untuk Azan), juga diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab ash-Sholah (Bab Meluruskan Shaf).

Bahasa hadits:

النِّدَاءِ : adzan.

 والصَّفِ الأَوَّلِ :shaf yang pertama di dalam shalat tepat di belakang imam.

عَلَيْهِ : yakni atas setiap salah satu dari adzan maupun shaf yang pertama.

لاَسْتَبَقُوا : yakni saling mendahului satu sama lain dalam menghadiri shalat di masjid.

العَتَمَةِ : shalat isya’

Faidah Hadits:

1.       Anjuran untuk adzan, karena hal itu merupakan syiar Islam dan salah satu sunnah dalam Islam.  Pahala seorang muadzin (orang yang mengumandangkan adzan) adalah sangat besar disisi Allah subhanahu wa ta’ala.

2.       Anjuran untuk menempati shaf yang pertama di dalam shalat berjama’ah. Hal ini dikarenakan para ahli shalat itu bersegera untuk shalat di awal waktunya. Dan bahwasanya para malaikat rahmat mendoakan imam, kemudian mendoakan orang – orang yang berada di shaf pertama, kemudian mendoakan orang – orang yang berada di shaf kedua.

3.       Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat berjama’ah dan bersegera untuk menuju shalat berjamaah.

4.       Anjuran untuk menghadiri shalat isya’ dan subuh berjama’ah di masjid. Hal ini karena kedua shalat tersebut merupakan bagian shalat yang menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada Allah, dan merupakan shalat yang paling berat dikerjakan oleh orang – orang munafik dan orang – orang yang sesat.

 

 

Keutamaan Berwudhu


وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلينَ مِنْ آثَارِ الوُضُوءِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ» . متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “sesungguhnya umatku akan dipanggil di hari kiamat dalam keadaan wajahnya bercahaya dan tubuhnya cemerlang karena bekas – bekas air wudhunya. Maka, barang siapa di antara kalian yang dapat menambahkan cahayanya maka lakukanlah”. Muttafaqun ‘Alaih.

Bahasa hadits:

أُمَّتِي : maksudnya adalah umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Terdapat dua makna umat, umat dakwah dan umat ijabah. Umat dakwah yaitu orang – orang yang Rasulullah diutus langsung kepada mereka. Umat ijabah yaitu orang – orang yang membenarkan Rasulullah, dan inilah maksud umat dalam hadits ini.

 يُدْعَوْنَ : dikumpulkan di tempat hisab ataupun di tempat perhitungan amal pada hari kiamat.

غُرًّا : putih berseri dahinya. Maksudnya adalah cahaya yang memancar dari dahi mereka, dan mereka pun dikenali dengannya.

مُحَجَّلينَ : kuda yang kakinya berwarna putih. Maksudnya adalah cahaya yang memancar dari tangan dan kaki.

مِنْ آثَارِ الوُضُوءِ : bekas dari wudhu yang menempel pada anggota wudhu dan masih tersisa.

Kata wudhu’ diambil dari kata wadha’ah yang artinya keindahan (hasan) dan kebersihan (an-nadhafah). Kata wudhu’ merupakan kata kerja, sedangkan wadhu’ adalah air yang digunakan untuk berwudhu.

Faidah hadits:

1.       Adalah sunnah untuk menambahkan cahaya bekas wudhu dengan cara membasuh melebihi dari yang diwajibkan pada wajah, kedua tangan, dan kedua kaki.

2.       Wajah, kaki, dan tangan yang bercahaya merupakan kekhususan kaum muslimin. Di dalam hadits riwayat Muslim terdapat tambahan “yang tidak dimiliki oleh selain kalian”.

3.       Disunnahkan untuk menjaga wudhu dan sunnah – sunnahnya yang disyariatkan.

Anjuran Membaca al-Qur'an Secara Bersama


وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بينهم، إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ المَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ» . رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di dalam rumah – rumah Allah (masjid – masjid), mereka membaca kitabullah, dan saling membacanya (dan mempelajarinya) di antara mereka, kecuali turun kepada mereka ketenangan (as-sakinah) dan mereka diliputi oleh rahmatNya, dan malaikat memintakan ampun untuk mereka, dan Allah membicarakan mereka di hadapan makhluk – makhluk yang ada di dekatNya. (HR. Muslim).

Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab adz-Dzikr (Bab Keutamaan berkumpul untuk membaca Al-Qur'an dan dzikir)

Bahasa hadits:

يَتَدَارَسُونَهُ : bergantian membaca al-Qur’an dan memperhatikannya.

السَّكِينَةُ : kondisi tenang di dalam hati.

Faidah hadits:

Disunnahkan berkumpul di masjid dalam rangka membaca al-Qur’an al-Karim serta mempelajarinya. Hal ini menjadi salah satu sebab turunnya ketenangan (tuma’ninah), rahmat Allah, hadirnya malaikat, dan keridhaan Allah kepada mereka yang hadir. Allah pun membicarakan mereka di langit dengan sebab amalan mereka yang diberkahi.

Anjuran Membaca Surat dan Ayat - Ayat Tertentu


عن أَبي سَعِيدٍ رَافِعِ بن الْمُعَلَّى - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ لي رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «أَلاَ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ في القُرْآن قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ؟» فَأخَذَ بِيَدِي، فَلَمَّا أرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إنَّكَ قُلْتَ: لأُعَلِّمَنَّكَ أعْظَمَ سُورَةٍ في القُرْآنِ؟ قَالَ: «الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، هِيَ السَّبْعُ المَثَانِي وَالقُرْآنُ العَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ» . رواه البخاري.

Dari Abu Sa’id Rafi’ bin al-Mu’alla radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Maukah kuberitahukan kepadamu surat yang paling agung di dalam al-Qur’an sebelum kamu keluar dari masjid? Beliau lalu memegang tanganku.

Ketika kami hendak keluar, aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau tadi mengatakan kepadaku: Maukah kuberitahukan kepadamu surat yang paling agung di dalam al-Qur’an?

Beliau lalu bersabda:  الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ ,ia adalah tujuh ayat yang dibaca berulang – ulang dan al-Qur’an yang agung yang diturunkan kepadaku. (HR. Bukhari).

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Kitab Fadhail al-Qur’an (Bab Fatihatul Kitab) dan juga di dalam Kitab Tafsir bagian awal.

Bahasa Hadits:

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ : Maksudnya adalah surat al-Fatihah.

السَّبْعُ المَثَانِي :yaitu tujuh ayat yang selalu dibaca di dalam setiap raka’at shalat. Rasulullah bersabda:

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

“Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca al-Fatihah” (HR. Bukhari Muslim).

وَالقُرْآنُ العَظِيمُ : yakni al-Qur’an secara keseluruhan dinamakan dengan al-Qur’an al-adhim. Hadits ini merupakan tafsir dari firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ

“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.” (QS. Al-Hijr [15]: 87)

Faidah Hadits:

Bahwasanya surat al-Fatihah adalah surat yang paling agung di dalam kitabullah, karena surat ini mengumpulkan maksud – maksud al-Qur’an al-Karim dan mencakup secara global hal – hal yang terperinci di dalam surat – surat lainnya. Di dalamnya terdapat pembahasan secara global aqidah tauhid dan ibadah kepada Allah sang Pencipta. Di dalamnya juga terdapat janji, ancaman, penjelasan tentang orang – orang yang mendapatkan kebahagian, orang – orang yang dimurkai, dan orang – orang yang sesat.

Diriwayatkan beberapa penamaan untuk surat al-Fatihah ini sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "ALHAMDULILLAAH adalah Ummul Qur’an (induknya al Qur'an), Ummul Kitab (induknya al Kitab), dan As Sab'ul Matsaani (tujuh ayat yang diulang-ulang)." Abu Isa (at-Tirmidzi) mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. (HR. Tirmidzi)

Anjuran Membaca al-Qur'an dan Melantunkannya Dengan Suara yang Bagus


وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَا أَذِنَ اللهُ لِشَيءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ يَتَغَنَّى بِالقُرْآنِ يَجْهَرُ بِهِ» . متفقٌ عَلَيْهِ.

مَعْنَى «أَذِنَ الله» : أي اسْتَمَعَ، وَهُوَ إشَارَةٌ إِلَى الرِّضَا والقَبولِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Aku pernah mendengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah Allah mendengarkan sesuatu, tidaklah Nabi mendengarkan sesuatu, kecuali suara yang indah ketika membaca al-Qur’an dan menyaringkannya. (Muttafaqun ‘alaih).

Makna <أَذِنَ الله>: yaitu mendengarkan, ini merupakan isyarat bagi keridhaan dan dan penerimaan.

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Keutamaan – Keutamaan al-Qur’an (bab Orang yang Tidak Melagukan al-Qur’an), oleh Muslim di dalam al-Musafirin (bab Anjuran untuk Memperbagus Bacaan al-Qur’an).

Bahasa Hadits:

مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ : (مَا) masdariyah yang bermakna penafian (tidak), takdirnya (kata yang diperkirakan di depannya) adalah: إذنه , yaitu mendengarkannya. Sehingga maknanya adalah tidak mendengarkannya.

يَتَغَنَّى : Ibnu Atsir berkata di dalam an-Nihayah: kata يَجْهَرُ بِهِ merupakan tafsir dari kata يَتَغَنَّى . Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: membaguskan bacaan (tahsin al-qiraat) dan menghaluskannya. Terdapat juga hadits syahid (hadits yang cocok dengan arti hadits ini) yaitu:

زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ

"Perindahlah Al Qur'an dengan suara kalian." (HR. Abu Dawud)

Siapa saja yang meninggikan suaranya dan berturut - turut, maka suaranya di sisi orang – orang arab adalah memperindah bacaan.

(Dengan demikian) maknanya adalah: bahwasanya Allah tidaklah mendengarkan seseorang dengan keridhaan sebagaimana keridhaanNya untuk mendengarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau yang selainnya dari ahlul al-Qur’an yang sholih yang membaca al-Qur’an dengan membaguskan suaranya.

Faidah Hadits:

1.       Bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala memberikan pahala yang sangat besar atas orang – orang yang memiliki suara yang bagus yang digunakan untuk membaca al-Qur’an.

2.       Bolehnya membaguskan (melagukan) dan memperindah bacaan al-Qur’an selama tidak menyebabkan perubahan, baik berupa penambahan maupun pengurangan huruf.

Perintah Menjaga Hafalan al-Qur'an, dan Peringatan Bila Sampai Melupakannya


عن أَبي موسى - رضي الله عنه - عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «تعاهدوا هَذَا القُرْآنَ، فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الإبلِ فِي عُقُلِهَا» . متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Musa radhiyallahu  dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Peliharalah selalu Al Qur`an, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh ia cepat hilang daripada Unta yang terikat." Muttafaqun ‘alaih.

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Keutamaan – Keutamaan al-Qur’an (bab Mengingat – Ingat al-Qur’an) dan oleh Muslim di dalam al-Musafirin (bab Perintah Memelihara al-Qur’an).

Bahasa Hadits:

 تعاهدوا هَذَا القُرْآنَ : Tekunlah dan jagalah untuk senantiasa membaca al-Qur’an.

تَفَلُّتًا : Lepas.

عُقُلِهَا : jamaknya عقال , tali yang digunakan untuk mengikat unta pada pertengahan kakinya.

Faidah Hadits:

Bahwasanya jika penghafal al-Qur’an terus membaca al-Qur’an secara tekun dan rutin, dari waktu ke waktu, maka hafalannya akan semakin tertancap dalam hati mereka. Namun jika ia meninggalkannya, ia akan lupa dengannya, karena ia lebih cepat hilangnya daripada unta yang lepas dari ikatannya.

Keutamaan Membaca Al-Qur'an


عن أَبي أُمَامَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يقول: «اقْرَؤُوا القُرْآنَ؛ فَإنَّهُ يَأتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ» . رواه مسلم.

Dari Abi Umamah – radliyallahu ‘anhu- beliau berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat sebagai penolong bagi para pembacanya. (HR. Muslim).

Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shalatul-Musafirin (shalatnya para musafir), bab Keutamaan Membaca al-Qur’an.

Bahasa Hadits:

شَفِيعًا yakni penolong yang akan memintakan ampunan bagi para pembacanya.

لأَصْحَابِهِ  yakni orang – orang yang membacanya dan mengamalkan hukum – hukumnya dan petunjuknya.

Faidah Hadits:

Hadits ini menunjukkan keutamaan membaca al-Qur’an, dan bahwasanya al-Qur’an akan menolong para pembacanya dan orang – orang yang beramal dengan apa – apa yang terdapat di dalamnya pada hari kiamat nanti.